Pengertian Dan Jenis-Jenis Koloid
DEFINISI
Koloid adalah
suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat
lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).
Contoh:
Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Perbedaan larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar.
Keterangan:
1. Larutan sejati
2. Sistem koloid
3. Suspensi Kasar
Jumlah fase
1. 1
2. 2
3. 2
Distribusi partikel
1. Homogen
2. Heterogen
3. Heterogen
Ukuran partikel
1. <10-7>10-5cm
Penyaringan
1. Tidak dapat disaring
2. Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra
3. Dapat disaring
Kestabilan
1. Stabil, tidak memisah
2. Stabil, tidak memisah
3. Tidak stabil, memisah
Contoh
1. Larutan gula, larutan garam, Udara bersih
2. Tepung kanji dalam air, Mayones, Debu di udara
3. Campuran pasir dan air, Sel darah merah dan plasma putih dalam plasma darah.
Jenis – Jenis Koloid
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. BUIH (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
- Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan
SIFAT-SIFAT KOLOID SOL
a. Efek Tyndall
Sifat
pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh
karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan
untuk membedakan system koloid dari larutan sejati, contoh dalam
kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna
biru atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah
pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar dihamburkan oleh
system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat
dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji
memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan
sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel yang relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit diamati.
b. Gerak Brown
Dibawah
mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika
pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu
bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali
diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris pada
tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air
dean mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut
gerak brown.
Bagaimana gerak brown dijelaskan?
Partikel –
partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas. System koloid dengan medium pendipersi
zat cair atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil,
tumbukan cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak brown.
Gerak
Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid,
semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya,
gerak Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin
rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c. Adsorpsi koloid
Partikel
sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair
atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi
terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid
sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada
permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna
partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah
digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
d. Muatan koloid sol
Sifat
koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid
memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak
menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung
sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara
keseluruhan bersifat netral.
i. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel
koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses
adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel
koloiddapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya.
Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol
Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya
sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi
anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Sol AgCI
dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi
Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI
akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada permukaan partikel koloid.
Ø Koloid protein
Koloid
protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam
(-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan
memberikan muatan pada molekul protein.
Pada ph rendah , gugus basa
–NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi, gugus
–COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus – COO-. Pada ph
intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan
COO- saling meniadakan.
Ø Koloid sabun dan deterjen
Pada
konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk
partikel berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya
bergabung secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk
partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.
Anion
R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor
non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
ii. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
iii.Lapisan bermutar ganda
Permukaan
partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan
bermuatan listrik ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan
Bagaimana sebenarnya struktur dari lapisan bermuatan ganda ini?
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi difusi
iv.Elektroforesis :
Partikel
koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm
medan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut
elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
e. Koagulasi
Partikel-partikel
koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.
Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan
bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan
pengendapannya disebut Koagulasi.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu :
i. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses
elektroforesis adaalh pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke
electrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode,
maka partikel akan kehilangan muatannya.
ii. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem
koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang
bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi
menjadi netral maka terbentuk kogulasi.
iii.Penambahan elektrolit
Elektrolit
ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan
negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang
bermuatan positif akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan
partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan
berlawanan.
iv.Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid
menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan
molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit
yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
f. Koloid pelindung
- Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar disebut koloid liofil.
- Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil disebut koloid liofob.
- Koloid lioil bersifat stabil, sedangkan koloid liofob kurang stabil. Koloid liofil yang berfungsi sebagai koloid pelindung.
PEMBUATAN KOLOID
Ukuran
partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena
itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel
larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua
metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol, yaitu:
- Metode
kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil
larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
1. Metode Kondensasi
Pembuatan
koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia
(dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian
pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan
partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi
pertikel-partikel berukuran koloid.
* Reaksi Dekomposisi Rangkap
Misalnya:
-
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan
melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna
kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
* Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
-
Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air
mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
* Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)
Misalnya:
-
Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya
dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirinya gas H2S ;
2H2S(g) + SO2 (aq) → 3S(s) + 2H2O(l)
* Penggatian Pelarut
Cara
ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi
berukuran koloid. Misalnya;
- untuk membuat sol belerang yang sukar
larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan
medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam
etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol
tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk.
Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan
penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat
yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu
dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka
terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Metode Dispersi
Metode
ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran
koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada
3 cara dalam metode ini, yaitu:
* Cara Mekanik
Cara mekanik
adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid,
yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
Sistem kerja alat penggilingan koloid:
Alat
ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan.
Partikel-partikel yang kasar akan digiling melalui ruang antara kedua
pelat baja tersebut. Kemudian, terbentuklah partikel-partikel berukuran
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk
membentuk sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta
cetak, dsb.
* Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan
koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan /
proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang
mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
-
Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3
sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
* Cara Busur Bredig
Cara
busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti
Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi
partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua
logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)
sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan
diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam
menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi
dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel
kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam,
maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
PEMURNIAN KOLOID SOL
Seringkali
terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan
suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan
atau dimurnikan guna menjaga kestabilan kolid. Ada beberapa metode
pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:
Dialisis
Dialisis adalah
proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.
Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput
semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan
ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi.
Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke
dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri
air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil
daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas
selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis
untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan
dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator
adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal.
Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat
dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan
partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
Elektrodialisis
Pada
dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan
listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua
layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga
pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan
bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh
medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis
hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
Penyaring Ultra
Partikel-partikel
kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena
pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran
partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi
dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan
sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut
penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra
ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat
proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas
saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan
ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
KOLOID EMULSI
Emulsi
adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersinya dapat berupa zat
padat, cair, dan gas, tapi kebanyakan adalah zat cair (contohnya: air
dengan minyak). Pada umumnya emulsi kurang mantap, kemantapan emulsi
dapat terlihat pada keadaannya yang selalu keruh seperti; susu, santan,
dsb. Untuk memantapkan emulsi diperlukan zat pemantap yang disebut
emulgator.
Emulsi Gas
Emulsi gas dapat disebut juga aerosol
cair yang adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Pada aerosol cair,
seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, untuk dapat
membentuk system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang
diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan pendorong/ propelan aerosol, anatar
lain; CFC (klorofuorokarbon atau Freon).
Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan denganmuatan partikel.
Contoh:
dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh
partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut à merupakan contoh
efek Tyndall pada aerosol cair.
Emulsi Cair
Emulsi cair
melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling
melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar.
Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat
lainnya; minyak (zat cair non-polar). Emulsi cair itu sendiri dapat
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam air (cth: susu
yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak
di dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth: margarine yang terdiri
dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi butiran air dalam minyak).
Beberapa sifat emulsi yang penting:
- Demulsifikasi
Kestabilan
emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,
pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim
atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini.
Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila
kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke
atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air
dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka
partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini
adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit
untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam
format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
- Pengenceran
Dengan
menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.
Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan
membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk
menentukan jenis emulsi.
Emulsi Padat atau Gel
Gel adalah
emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga dianggap sebagai
hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel
sol akan bergabung untuk membentuk suatu rantai panjang pada proses
penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut sehingga membentuk
suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap
dalam lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu
massa berpori yang semi-padat dengan struktur gel. Ada dua jenis gel,
yaitu:
(i) Gel elastis
Karena ikatan partikel pada rantai
adalah adalah gaya tarik-menarik yang relatif tidak kuat, sehingga gel
ini bersifat elastis. Maksudnya adalah gel ini dapat berubah bentuk jika
diberi gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut
ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang
cukup pekat. Contoh gel elastis adalah gelatin dan sabun.
(ii) Gel non-elastis
Karena
ikatan pada rantai berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, maka gel ini
dapat bersifat non-elastis. Maksudnya adalah gel ini tidak memiliki
sifat elastis, gel ini tidak akan berubah jika diberi suatu gaya. Salah
satu contoh gel ini adalah gel silica yang dapat dibuat dengan reaksi
kia; menambahkan HCl pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga
molekul-molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan
membentuk gel silika.
Beberapa sifat gel yang penting adalah:
- Hidrasi
Gel
non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk
awalanya, tetapi sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah
kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair.
- Menggembung (swelling)
Gel
elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan
ke dalam zat cair. Sehingga volum gel akan bertambah dan menggembung.
- Sineresis
Gel anorganik akan mengerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut, dan proses ini disebut sineresis.
- Tiksotropi
Beberapa
gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau
diaduk. Sifat ini disebut tiksotropi. Contohnya adalah gel besi oksida,
perak oksida, dsb.
KOLOID BUIH
Buih adalah koolid
dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair atau zat
padat. Baerdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid
dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair.
Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang
terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya
zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan
mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran
kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid
umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah
antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar
0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan.
Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi
kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%,
gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang
dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
- pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda,
-
terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih
besar,
- rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih
cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan
kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya
tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan
terjadi deformasi.
Contoh buih cair:
- Buih hasil kocokan putih telur
Karen
audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih,
yaitu p[rotein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu
sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur
yang dikocok akan mengembang.
- Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat
pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat,
aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas
akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.
Buih Padat
Buih
padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat
pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padatyang mungkin kita
ketahui:
- Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida
terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari
tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi
gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
- Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
- Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi polistirena.
Daftar Pusaka
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://verliany.wordpress.com/2008/03/16/27/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
Wednesday, 25 April 2012
Pengertian Dan Jenis-Jenis Koloid
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Petunjuk Download
Semua link download akan dialihkan ke adf.ly secara otomatis,,,ketika masuk di halaman adf.ly , silahkan sobat klik tombol (SKIP AD atau LEWATI) pada kanan atas layar sobat atau drag tombol (SKIP AD atau LEWATI) tersebut ke kotak adress bar,,,setelah itu sobat akan langsung masuk ke halaman mediafire dan silahkan download filenya.............. enjoy :) :D
NB : jika saat mendownload, sobat diminta memasukan password untuk membuka filenya. silahkan masukan password "fnr-site.blogspot.com" (tanpa tanda petik!)
NB : jika saat mendownload, sobat diminta memasukan password untuk membuka filenya. silahkan masukan password "fnr-site.blogspot.com" (tanpa tanda petik!)
0 comments:
Post a Comment